Rabu, 26 Mei 2010

Mengenal Lebih Dekat KUA KECAMATAN KARAWANG TIMUR

1. Visi dan Misi

Sebagai pedoman umum jangka panjang, KUA Kecamatan Karawang Timur telah menyusun visi dan misi lembaga yang telah dituangkan Rencana Strategik (Renstra) Tahun 2008 – 2012. Pedoman tersebut adalah:

DATA PROFIL KUA KECAMATAN KARAWANG TIMUR



















































I. VISI :





































TERDEPAN, UNGGUL DAN PRIMA MENUJU KUA PARIPURNA TAHUN 2012
















































II. MISI :





































1. MENJADIKAN KUA SEBAGAI PUSAT INFORMASI DAN KEGIATAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KE AGAMAAN























2. MEMBANGUN KERJASAMA YANG HARMONIS DENGAN BERBAGAI ELEMEN MASYARAKAT BAIK PEMERINTAH MAUPUN SOSIAL KEAGAMAAN




















3. MEMBERIKAN PELAYANAN YANG MAKSIMAL DALAM BIDANG PENCATATAN NIKAH RUJUK













































III. RENCANA STRATEGIS :


































1. MEMILIKI BANGUNAN KANTOR KUA SENDIRI YANG REPRESENTATIF




























2. MENCEGAH PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN































3. MEMPERTEGAS P5 ( PENDAFTARAN, PEMERIKSAAN, PENATARAN, PELAKSANAAN, PENYERAHAN )





























2. Identitas Kantor
a. Tahun berdiri: Februari 2008
b. Luas Lahan: 300 M2
c. Status Lahan: HGB dengan Sertifikat Nomor ...... Tanggal .... Agustus 2004 (Pinjaman dari PEMDA Kabupaten Karawang)
d. Letak astronomis: 8ْ 44’ 34.8” LS dan 115ْ 10’ 4.33” BT
e. Letak geografis: Jalan Raya Syeqh Quro, Lamaran Kecamatan Karawang Timur Kabupaten Karawang Provinsi Jawa-Barat.
Telp. 0361-755997, Kode Pos 80361
f. Batas Letak: Sebelah Utara : Jl. Nusantara, Hotel Transito

Sebelah Selatan: Perumahan

Sebelah Barat: Perumahan

Sebelah Timur: Jalan Raya Tuban
g. Wilayah kerja: 3 Kecamatan (17 Desa/Kelurahan) dengan luas wilayah mencapai 152,51 km2:

Kecamatan Kuta: 17,52 km2

Kecamatan Kuta Utara: 33,86 km2

Kecamatan Kuta Selatan: 101,13 km2
h. Luas Bangunan: 116 M2 dengan perincian 100 M2 bangunan kantor, 16 M2 bangunan mushalla
i. Ruangan: 7 ruangan yaitu: Ruang Pimpinan, Ruang Administrasi NR, Ruang Administrasi Maszawaibsos, Ruang Tamu, Ruang/Balai Pernikahan, Ruang Ibadah dan Ruang Toilet

3. Pola Organisasi KUA

Bila mengacu Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001, maka jumlah personil KUA Kuta masih jauh dari jumlah ideal. Walau dengan keterbatasan sumber daya yang ada, KUA Kuta tetap mencoba memberikan pelayanan seoptimal mungkin dalam administrasi nikah-rujuk (NR), ketatausahaan (TU), kemasjidan zakat wakaf ibadah sosial (Maszawaibsos), pelayanan hisab rukyat (HR), bimbingan dan pelayanan haji serta pelayanan kerukunan umat beragama. Struktur kepegawaian di KUA Kuta adalah sebagai berikut:

4. Nahkoda Dibalik Organisasi

Sejak berdirinya KUA Kuta, tercatat telah terjadi delapan kali pergantian tampuk pimpinan dengan jangka waktu kepemimpinan yang berbeda-beda. Para nahkoda tersebut adalah:

  1. H. Djazuli (1979-1984)
  2. Drs. H. Sopari Abdul Gani, MA (1984-1986)
  3. Drs. H. Hasjim Asjari (1986-1990)
  4. H. Muharror Hamzah, SH (1990-1995)
  5. H. Khairuddin, S.Pd.I (April 1995-Januari 2001)
  6. Drs. H. Syamsul Bahri, M.Pd.I (Januari 2001-Januari 2003)
  7. Drs. H. Salim Syamlan, M.Pd.I (Januari 2003-Juli 2004)
  8. H. Nadlah, S.Ag, M.Pd.I (Juli 2004-Pebruari 2008)
  9. H. Masruhan, S.Ag, M.Si (Maret 2008-sekarang)

Sedang prestasi yang berhasil diraih selama masa tersebut antara lain:

  • Juara III KUA Teladan Provinsi Bali Tahun 1995
  • Juara III KUA Teladan Provinsi Bali Tahun 1996
  • Juara III KUA Teladan Provinsi Bali Tahun 1997
  • KUA Percontohan Tingkat Provinsi Bali Tahun 1999
  • Juara III KUA Percontohan Provinsi Bali Tahun 2007
  • Juara Umum STQ Kabupaten Badung Tahun 2007
  • Juara Umum MTQ XXII Kabupaten Badung Tahun 2008

Kondisi Obyektif Wilayah Kerja

Hampir seluruh masyarakat dunia mengenal nama besar Kuta sebagai the main decission pariwisata dunia. Konsekuensi logis dari stereotype tersebut maka masyarakat-pun cukup banyak bergerak dan berprofesi dalam bidang pariwisata (29,3 persen) dengan mobilitas yang cukup tinggi bak masyarakat metropolis, kehidupan (baca:watak) yang cukup ‘keras’ lengkap dengan pelbagai kepentingan dan tingkat sensitivitas yang tinggi.

Interaksi sosial yang cukup komplekspun tak bisa dihindari dialami masyarakat yang cenderung heterogen, baik antara warga negara asing (WNA) dengan warga negara Indonesia (WNI) maupun antar sesama warga pribumi, khususnya masyarakat Islam dengan non-muslim. Hal itu dapat dilihat pada banyaknya peristiwa perkawinan antara WNI dengan WNA (campuran) dan perkawinan antara orang Islam dengan muallaf (asalnya beragama non Islam).
Sebagai gambaran, berikut disajikan data perbandingan masyarakat berdasarkan agama di wilayah kerja KUA Kuta pada akhir tahun 2007 (khusus Islam berdasarkan data perolehan zakat fitrah tahun 1428 H/2007 M):

Dari data tersebut, prosentase umat Islam di Kuta hanya 15,38 persen dan prosentase terbanyak pada umat Hindu sebesar 77,96 persen rata-rata kepadatan penduduk mencapai 1.075 jiwa per km2 dan laju pertambahan penduduk mencapai 2,65 persen per tahun. Walau minoritas, keberadaan umat Islam tetap diperhitungkan dalam masyarakat khususnya bidang pemerintahan, seperti menduduki posisi kepala lingkungan di beberapa daerah.

Bukan hanya dalam hal perkawinan saja dampak interaksi umat Islam dengan non muslim dan warga negara asing dirasakan. Interaksi dengan non-muslim, khususnya Hindu dan adat setempat berdampak pada masalah administrasi kependudukan yang mau tidak mau harus mengikuti sistem lokal Bali. Gesekan keyakinan dan budaya pun sering tak bisa dielakkan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam yang membuat KUA harus bekerja ekstra dalam memberikan perhatian dan pelayanan di bidang toleransi umat beragama, misalkan pengefektifan Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB).

Sedang interaksi dengan warga negara asing terlihat pada trade mark globalisme, baik dari mode (fation), makanan (food) sampai prilaku masyarakat yang cenderung berdampak negatif seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat-obat terlarang. Hal itu tidak lain sebagai konsekuensi posisi Kuta yang menjadi central perdagangan dunia untuk wilayah Bali. Kondisi makin sulit terpantau dengan tingginya tingkat urbanisasi di Kuta sehingga mau tidak mau akulturasi budaya harus dilakoni masyarakat.



Tentang KUA Kuta | Layanan Kami | Info Aktivitas | Galeri Pengantin | Layanan Online
Buku Tamu | Renungan | Info Hukum | Kontak Kami | Beranda
Copyright © 2008 KUA Kuta. All rights reserved.